Klo C-QUAM (Compatible-Quadrature Amplitude Modulation) menggunakan quadrature amplitude modulasi (QAM) untuk pemisahan isyarat stereonya dengan pilot pada 25 Hz. Prinsip kerjanya mirip subcarrier pada sistem FM stereo, dalam C-QUAM perbedaan stereo saluran kiri jg dikurangi saluran kanan (L - R). Audio utama (mono) jg hasil penjumlahan dari audio stereo atau saluran kiri ditambah saluran kanan (L + R). Di demodulasi penerima radio hasil tersebut ditambahkan bersama dua saluran kiri lagi (L + R + (L-R) = 2L), dan chanel sebelahnya hasil pengurangan bersama oleh dua saluran kanan (L + R - (L-R) = 2R ). Metode multiplexing audio seperti sama dgn sistem stereo analog FM.
Ada banyak cara untuk membuat AM stereo selain C-Quam kang... memang yang populer C-QUAM karena terbackup sama motorola.
Beberapa tahun lalu saya pernah menangani stasiun dgn teknik ini buatan Harris* di sebuah kabupaten di Jatim. Tapi ya itu.... karena penerima AM stereo harganya lumayan dan tdk populer (mungkin jg karena langka) akhirnya stasiun radio tsb pindah cahnnel jg ke FM. Waktu gunakan AM (MW, power 3kw) dapat sy receive bagus dari rumah saya (jarak 100km) meski terhalang gunung (tinggi >2000meter). Begitu pindah ke FM sy udah sangat sulit dengarnya (harus gunakan antena atau naik keatas dak rmh), padahal runing power pada 8kw (RVR* 10kw) dgn antenna sierra 8 bays. Yah begitulah MW dan VHF.
Klo dibanding kuwalitas audionya antara AM stereo dgn FM stereo sy kira mirip, bahkan sistim AM stereo lebih untung di sisi nada trable karena pilotnya ada di bawah tdk di 19khz (ini klo sistim stereonya sudah sama mengunakan DDS). Tetapi klo di lihat karakter dasar pemodulasian maka AM stereo lebih rawan terhadap ganguan (petir misalnya) ... gradak.... grodok... di musim hujan.... bisa jumbul ketika dengarin via headphone tiba-tiba om gundala lewat, hehehe....
Klo salah or kurang biar ditambahin para master.... mohon2